Sonntag, 29. Dezember 2013

Pengertian Software Komputer (Perangkat Lunak)

Pengertian Software Komputer (Perangkat Lunak)
Berbagai Macam Software
Software atau perangkat lunak, adalah program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi (penghubung) antara pengguna (user) dan perangkat keras (hardware). Software bisa juga dikatakan sebagai "penerjemah" perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer untuk diteruskan atau diproses oleh perangkat keras (Hardware).


 Software adalah program komputer yang isi intruksinya dapat diubah dengan mudah. Software pada umumnya digunakan untuk mengontrol perangkat keras (yang sering disebut device driver), melakukan proses perhitungan, berinteraksi dengan Software yang lain dan lebih mendasar (seperti sistem operasi, dan bahasa pemrograman), dan lain-lain.

Software dibedakan menjadi beberapa macam, diantaranya :
1. Sistem Operasi (Operating System)
2. Program Aplikasi (Aplication Program)
3. Program Tambahan ( Utility Program)
4. Bahasa Pemrograman (Programing Language)
5. Program Paket

Selain itu, software juga dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan cara mendapatannya (bagaiman cara kita memperoleh software tersebut). Seperti yang saya ketahui ada 5 kelompok software, yaitu :

1. Software Komersial
Merupakan software yang dilindungi undang-undang hak cipta, dan untuk mendapatkannya kita harus membeli. Software ini dilarang keras untuk diperbanyak (secara ilegal tentunya).
Contohnya : Microsoft Windows

2. Open Source atau Software Domain Publik ( Public Domain)
Jenis perangkat lunak yang kode sumbernya terbuka untuk dipelajari, diubah, ditingkatkan dan disebarluaskan. Karena sifat ini pengembangnya biasanya dilakukan oleh satu paguyuban terbuka yang bertujuan mengembangkan perangkat lunak bersangkutan. Anggota-anggota paguyuban itu seringkali sukarela tapi bisa juga pegawai suatu perusahaan yang di bayar untuk membantu pengembangan perangkat lunak itu. Produk perangkat lunak tersebut biasanya bersifat bebas dengan tetap menganut kaidah dan etika tertentu. Semua perangkat lunak bebas adalah perangkat lunak sumber terbuka, tapi sebaliknya perangkat lunak sumber terbuka belum tentu perangkat lunak bebas, tergantung kaidah yang dipakai dalam melisensikan perangkat lunak sumber terbuka tersebut.
Contoh : Linux , Mozilla FireFox, Open Office,

3. Software Shareware
Salah satu metode pemasaran perangkat lunak komersial. Shareware biasa juga disebut, Trialware, demoware, yang pada intinya semuanya itu adalah software "coba dulu" sebelum kita membeli software versi lengkapnya. Umumnya software shareware hanya bisa digunakan dalam jangka waktu tertentu saja atau dibatasi dari jumlah penggunanya. Setelah dalam jangka waktu atau batas pemakaian tertentu, perangkat lunak akan terkunci (lock). Jika pengguna merasa cocok dengan program tersebut, maka pengguna bisa membeli passcode(kode validasi) atau sejenisnya untuk membuka kunci dari program shareware tersebut agar menjadi full software (bukan lagi program shareware).
Contoh : Coreldraw, IDM

4. Software Freeware
Perangkat komputer berhak cipta gratis yang bisa digunakan tanpa batasan waktu, berbeda dari shareware yang mewajibkan pengguna untuk membeli setelah batas waktu atau pemakaian tertentu, untuk freeware bisa kita gunakan gratis selamanya. Para pengembang perangkat lunak gratis biasa membuat perangkat lunak gratis untuk disumbangkan kepada suatu komunitas non profit. Namun pengembang juga tetap ingin mempertahankan hak mereka sebagai pengembang dan memiliki kontrol terhadap pengembang selanjutnya. Software Gratisan belum tentu Sofware Open Source. Karena tidak semua Software gratisan bisa di buka Source Code-nya.
Contoh : smadavfree

5. Software Rentalware
Perangkat lunak yang disewakan. Teknisnya hampir sama seperti software shareware, akan tetapi bedanya disini yaitu jika sudah mencapai jangka waktu atau batas pemakaian tertentu, maka software tidak bisa digunakan lagi (lock), dan pengguna harus memperpanjang kontrak pemakaian software tersebut, bukan membeli passcode seperti shareware. Jadi tujuan rentalware tidak untuk diperjualbelikan.
Contoh : biasanya software ini digunakan untuk menangani suatu proyek yang tidak pemanent.
Demikian pengertian Software menurut "Komputerisasi", semoga Artikel tentang Pengertian Software(Perangkat Lunak) ini bermanfaat bagi Anda.

sumber gambar : wikiputra.blogspot.com

Berlin Menggenjot Penghematan Energi

Di ibukota Jerman, daur ulang merupakan bentuk seni dan pasar organik berjamuran di mana-mana. Kini penghematan energi menjadi bisnis yang serius. Sesuatu yang ingin terus digalakkan oleh pemerintah kota.


Berlin bertekad menunjukkan bahwa bahkan hotel-hotel megah di sana ramah lingkungan. Hotel Mövenpick, dekat Potsdamer Platz yang tersohor, tengah berupaya memperkuat imej mereka sebagai hotel hijau. Manajer hotel Frank Hörl menyampaikan rencana mengurangi emisi karbondioksida hotel sebesar 10 persen pada akhir tahun 2013.
Hörl mengatakan upaya mereka untuk lebih ramah lingkungan merupakan respon terhadap permintaan konsumen, termasuk untuk mencari penyuplai lokal, "Kami ingin kerjasama dengan penyuplai lokal, mereka yang berdagang di wilayah ini dan tidak selalu mengambil bahan pangan dari lokasi yang jauh."
Sekedar tren atau jangka panjang?
Sebagian berkat turisme, Berlin secara perlahan keluar dari utang bernilai lebih dari 60 milar Euro. Turis mancanegara kini memastikan bahwa Berlin menjadi salah satu tempat singgah mereka dalam tur Eropa.
Konsumen hotel menjadi semakin sadar lingkungan Konsumen hotel menjadi semakin sadar lingkungan
Warga Berlin sendiri memiliki reputasi gemar berhemat dan ramah lingkungan. Pemerintah kota berusaha mengadopsi reputasi ini. Departemen lingkungan dan pengembangan kota sudah meluncurkan inisiatif yang memungkinkan warga untuk mengunjungi sekitar 100 proyek ramah lingkungan. Mulai dari perumahan, hotel, lokasi industri, institusi pemerintahan, pameran dan klub malam ramah lingkungan.
Inisiatif ini disebut 'Berlin Saves Energy' dan juga dimaksudkan untuk memperlihatkan sudah sejauh apa pemerintah kota Berlin mencapai target lingkungan mereka.
Robert Volkhausen, dari perusahaan konsultan energi EUMB-Pöschk, membantu perencanaan proyek. "Berlin sangat tertarik dengan efisiensi energi serta menemukan cara-cara baru untuk mengatasi masalah harga energi di masa depan," ungkap Volkhausen.
Inisiatif yang digelar selama sepekan itu bahkan menawarkan konsultasi dengan para pakar untuk menjawab pertanyaan warga yang ingin mengurangi tagihan listrik mereka. "Pertanyaan seperti: kalau saya ingin membangun gedung baru atau merenovasi gedung lama, dari mana saya bisa mendapatkan dana, program-program pemerintah, dan sebagainya," jelas Volkhausen.
Warga Berlin sangat senang berhemat. Bagi mereka, mengganti jendela tua, menginsulasi pipa air panas dan menyegel loteng tua termasuk dalam agenda berhemat. Namun karena 85% warga Berlin menyewa tempat tinggal mereka, mengorganisir renovasi semacam itu jelas sulit. Ini juga bisa menjadi prosedur yang mahal. Di Jerman, teknologi efisien energi terlengkap untuk rumah bisa menelan biaya hingga 70.000 Euro.
Investasi jangka panjang
Namun tampaknya warga Berlin semakin memaklumi ide ini. Pada pekan energi, saat perusahaan konsultan lingkungan ENEO menawarkan nasehat gratis terkait penghematan energi, konsultan Christine Heuer bercerita betapa warga begitu haus akan informasi. Tapi ia juga menambahkan bahwa untuk warga, ini adalah bentuk investasi jangka panjang.
"Modernisasi seluruh rumah bisa memakan waktu 10-15 tahun. Di banyak kasus, generasi berikutnya yang merasakan keuntungan," tutur Heuer.
Sementara rumah-rumah yang sudah ada direnovasi untuk menghemat energi, membeli rumah baru yang lebih berkelanjutan adalah sesuatu yang mulai diminati warga Berlin, kata arsitek Jochen Zinke.
Mereka yang ingin membangun rumah turut mempertimbangkan aspek finansial, estetika dan tren konstruksi, paparnya, "Kami menciptakan rumah yang memiliki arsitektur menarik, tapi juga dilengkapi jendela berkualitas tinggi, materi dan komponen insulasi terbaik."
Di Berlin, berbagi mobil menjadi tren besar Di Berlin, berbagi mobil menjadi tren besar
Target yang ambisius
Berlin berencana mengurangi emisi CO2 hingga lebih dari 40 persen pada tahun 2020, apabila dibandingkan dengan level pada tahun 1990.
Ini sebuah target yang ambisius, yang mungkin saja tercapai. 'Carsharing' atau berbagi mobil sudah menjadi tren besar di Berlin. Hanya ada 324 mobil per 1.000 penduduk. Itu angka yang sangat rendah untuk sebuah kota metropolitan. Sistem transportasi publik yang sangat padu juga membantu mengurangi emisi CO2.
Bagi manajer Hotel Mövenpick, Hörl, tantangan terbesar masih akan datang, seiring semakin banyaknya orang yang datang di Berlin. Kota itu mendapatkan sekitar 60 juta pengunjung setiap tahun. "Ini berarti lalu lintas yang padat," ucap Hörl.
Namun bagi ibukota Jerman, di mana kreativitas merupakan jalan hidup, warga Berlin pasti mampu menemukan solusi.

DW.DE

 Sumber : http://www.dw.de/berlin-menggenjot-penghematan-energi/a-17327037

Samstag, 28. Dezember 2013

Sprachenlernen mit aller Erfahrung

Ob das Lernen einer Fremdsprache gelingt, hängt von Motivation, Erfahrungen und Vorkenntnissen der Einzelnen ab. Doch wie können Lehrer die Sprachlernbiographien ihrer Lernenden im Unterricht einsetzen?
Wie man erfolgreich eine Fremdsprache lernt? Dazu hat im C1-Deutschkurs am Sprachenzentrum der Humboldt-Universität Berlin offenbar jeder eine klare Meinung: Ein Kursteilnehmer orientiert sich beim Sprachenlernen an Fremdwörtern, die er aus anderen Sprachen kennt, ein anderer sieht deutsche Filme in der Originalsprache. Einige plädieren dafür, dass man eine Sprache am besten in der Gruppe lernt, andere halten Einzelunterricht für effektiver. Manche betonen, dass man die Grammatik und Phonetik gründlich lernen sollte, bevor man in das entsprechende Land geht. Und wieder andere fordern, dass man sofort ins kalte Wasser geworfen werden sollte, um keine Angst vor dem Sprechen zu entwickeln.

Sprachenlernen – ein individueller Prozess

Was bei der Diskussion deutlich wird: In diesem – wie wohl auch jedem anderen – Deutschkurs sitzen ganz unterschiedliche Menschen, von denen jeder wichtige Erfahrungen mitbringt, die das Sprachenlernen prägen. Aus diesem Grund fordern verschiedene Experten und Expertinnen, dass diese Sprachlernbiographien häufiger im Deutschunterricht aufgegriffen werden: „Je mehr Sprachen ich kann, desto leichter ist es für mich, eine neue Sprache zu lernen. Ich kann auf mehr Wissen zurückgreifen und gleichzeitig stehen mir mehr Strategien zur Verfügung“, meint etwa Dr. Maria Giovanna Tassinari vom Sprachenzentrum der Freien Universität Berlin. Und es sei motivierend, sich vor Augen zu führen, was man schon alles kann.

Max Möller, Lehrer in dem Deutschkurs an der HU, behandelt mit den Teilnehmenden eine Geschichte von Wladimir Kaminer, in dem es um den Deutschunterricht an einer sowjetischen Schule geht. Mithilfe dieses Textes machen sie sich die Lernenden Gedanken darüber, wovon die Lernmotivation abhängen kann. Und sie überlegen anhand ihrer eigenen Erfahrungen, was erfolgreiches Sprachenlernen ausmacht, was sie sich in Bezug auf das Deutschlernen noch vornehmen und welche Unterstützung sie dafür brauchen. Schließlich bittet Max Möller zwei Kursteilnehmer, ihre Sprachlernbiographien exemplarisch an der Tafel zu präsentieren.

Der eine berichtet, dass er als Kind russischer Eltern in Weißrussland gegen seinen Willen Weißrussisch lernen musste, dass er deshalb jetzt aber auch andere slawische Sprachen wie Polnisch, Ukrainisch oder Bulgarisch versteht. Und dass er als Kind einer Englischlehrerin schon im Kindergartenalter viele englische Bücher hatte und jetzt in Deutschland seinen Master auf Englisch macht. Die andere kommt aus Kenia und hat Zuhause Kikuyu, im Kindergarten Kisuaheli, in der Schule Englisch und als Jugendliche eine Mischsprache aus Kisuaheli und Englisch verwendet. Italienisch lernte sie, um ihre Masterarbeit in Italien zu schreiben, und jetzt lebt sie in Deutschland – gemeinsam mit ihrem Freund, der Französisch mit ihr spricht. Die Kommilitonen im Deutschkurs zeigen sich beeindruckt von den vielfältigen Fremdsprachenkenntnissen der beiden.

Vom Fragebogen bis zum Wortcluster – Lernbiographien im Unterricht

Die Möglichkeiten, solche Sprachlernbiographien im DaF-Unterricht einzusetzen, sind zahlreich. Manche Lehrkräfte arbeiten sehr systematisch mit Sprachlernbiographien: Mateja Žavski-Bahč von der Universität Maribor in Slowenien beispielsweise lässt ihre Germanistik-Studierenden mit einem umfangreichen Fragebogen arbeiten, der sich wie ein roter Faden durch das Studium ziehen soll: „Wir fragen unsere Studierenden im ersten Semester, in welchen Sprachregionen sie gelebt haben, in welchen Situationen sie Fremdsprachen gebraucht haben, auf welche Weise sie noch Kontakt dazu haben und wie sie die Kenntnisse weiterentwickeln wollen. Später geht es dann zum Beispiel darum, welche Sprachübungen motivierend waren oder besonders viel Spaß gemacht haben“, sagt Žavski-Bahč. Die Studierenden sollen diese Fragen schriftlich beantworten und ihre Berichte bei der Lehrkraft einreichen bzw. in einem Blog hochladen: „Das Portfolio ist als Autoreflektion des Studiums gedacht. Die Studierenden können jederzeit wieder hereinschauen und sehen, welche Ziele sie sich wann gesetzt haben und inwiefern sie sie bereits erreicht haben. Den Lehrenden dienen die Biographien auch als eine Grundlage für ein ausführliches Feedback“.

Auch Regina Graßmann, die Lehrerfortbildungen für Integrationskurse angeboten hat, ist der Meinung, dass man gerade den Unterricht in kulturell heterogenen Gruppen gezielt auf die Sprachlernbiographien der Teilnehmenden zuschneiden sollte. Sie setzt auf das Mittel der Kontrastierung: „Wenn man zum Beispiel neu zu lernende Wörter mit den schon vorhandenen Wörtern kontrastiert, kann man aus diesen Übersetzungen Tafelbilder gestalten. Dadurch entstehen sehr bunte Cluster im Klassenraum, durch die auch die verschiedenen Kulturen der Kursteilnehmenden eine andere Stellung bekommen“, sagt sie. In der Grammatikvermittlung sei das ähnlich: Bei Übersetzungen erkenne man schnell, wie der Satzbau in den verschiedenen Sprachen beschaffen sei. So könne man zum Beispiel feststellen, dass Sprachen mitunter vergleichbare Satzstrukturen haben.

Lernstrategien entwickeln – über den Unterricht hinaus nutzen

Max Möller behandelt das Thema Sprachlernbiographien heute zum ersten Mal so ausführlich im Unterricht. In der Regel spricht er zu Semesterbeginn mit den Kursteilnehmenden darüber, welchen Hintergrund sie haben, wie sie mit Fremdsprachen umgehen und was sie in Bezug auf die deutsche Sprache erreichen wollen. Im Laufe des Kurses kann er dann je nach Bedarf individuelle Vorschläge und Angebote machen.

Seine Kursteilnehmerin Juliana spricht für die Mehrheit ihrer Kommilitonen, wenn sie sagt: „Eine ganze Deutschstunde zum Thema Sprachenlernen hatte ich bisher noch nie. Das war heute eine Premiere.“ Sie fand es spannend, die Erfahrungen und Ratschläge der anderen zu hören. Ob sich ihre eigenen Lernstrategien durch die Reflektion und die Diskussionen verändern werden, weiß sie allerdings nicht. Auch Max Möller räumt ein: „In der heutigen Stunde ist zwar deutlich geworden, dass Sprachenlernen ein sehr individueller Prozess ist und dass die Kursteilnehmenden selbst für diesen Prozess mitverantwortlich sind.“ Er möchte die Teilnehmenden aber auffordern, noch einmal schriftlich zu reflektieren, auf welchem Weg sie ihr Deutsch noch verbessern könnten, welche anderen Wege oder ergänzenden Angebote sie vielleicht noch suchen müssen. Über die leidenschaftlichen Diskussionen der Studierenden hat er sich gefreut. Und er bedauert, dass ihm bei einer Gruppe von zwanzig Studierenden mit vier semesterbegleitenden Unterrichtsstunden pro Woche im Alltag oft schlicht und einfach die Zeit fehlt, um die Sprachlernerfahrungen jedes Einzelnen gezielt aufzugreifen.

DW.DE

 

Sumber : http://www.dw.de/sprachenlernen-mit-aller-erfahrung/a-17314499

Klub Pemecah Rekor : FC Bayern München

Tim olahraga terbaik di Jerman, juara Bundesliga, Piala Jerman, Liga Champions dan Piala Super UEFA. Tahun 2013 ditutup Bayern München dengan gelar berikutnya : Piala Dunia Antarklub FIFA.

Kembali sebuah gelar juara bagi FC Bayern München. Setelah gelar ke-lima, klub ini dielu-elukan sebagai "tim tersukses di muka bumi". Hampir semua gelar yang bisa dimenangkan berhasil diraih oleh klub asuhan Pep Guardiola ini. Juara Bundesliga, Piala Jerman, Liga Champion, Piala Super UEFA, dan terakhir Piala Dunia antarklub FIFA.
Hanya satu gelar yang luput, yakni Piala Super DFL. Juli lalu, Bayern takluk di tangan pesaing utama Borussia Dortmund 2-4. Tapi itu tidak mengurangi kegembiraan pemain dan petinggi klub. Di Marokko para pemain mengenakan kaos bertuliskan "Worldchampions" dan merayakan tahun bersejarah yang bisa menjadi awal sebuah era dominasi Bayern München di kancah persepakbolaan dunia.
Klub Jerman pertama yang meraih 'treble'
Hanya setelah 28 pertandingan, Bayern memastikan diri sebagai juara Bundesliga musim 2012/2013. Dalam sejarah 50 tahun Bundesliga, belum pernah ada tim lain yang melakukannya. Selain itu, Bayern meraih poin 91 poin dari 29 kemenangan. Ini juga merupakan rekor baru.
Sebagian dari koleksi Piala Bayern di tahun 2013
Sukses berikutnya adalah kemenangan di Liga Champions. Di stadion Wembley di London, Bayern mengalahkan runner-up Bundesliga Borussia Dortmund dengan skor 2:1.
Klub yang saat itu masih dilatih oleh veteran Jupp Heynckes, lalu juga meraih Piala Jerman dengan menang 3:2 atas VfB Stuttgart di final. Usai meraih 'treble', pelatih Heynckes mengundurkan diri untuk sementara dari dunia sepak bola. "Kami akan selalu berhutang budi padanya", ujar direktur klub Karl-Heinz Rummenige.
Juara paruh musim dini
Musim 2013/2014, tonggak kepelatihan dipegang oleh Pep Guardiola. Tapi tidak berarti kesuksesan tim ini berakhir. Rekor demi rekor kembali dipecahkan oleh Bayern. Di Bundesliga, mereka tidak terkalahkan dalam 41 pertandingan. Lima pertandingan lebih banyak dari rekor Hamburg sebelumnya. Ini bisa menjadi rekor abadi. Bayern München terakhir mengalami kekalahan 28 Oktober 2012 dari Bayer Leverkusen.
Juara paruh musim juga dipastikan Bayern secara dini. Tidak ada yang berani mengatakan, bahwa masih ada klub lain di liga yang bisa menjegal Bayern dari kembali meraih gelar juara Bundesliga musim ini.
Keberhasilan di Bundesliga juga berlanjut di ajang Liga Champions. Bayern München berhasil memecahkan rekor Barcelona, dengan kemenangan 10 kali berturut-turut. Dan kemungkinan kembali meraih 'treble' terbuka lebar-lebar. Di ajang Piala Jerman, Bayern telah lolos ke babak perempatfinal dan di Liga Champions ke babak perdelapanfinal. Pada pertandingan terakhir babak penyisihan grup, Bayern memang kalah 2:3 dari Manchester City. Namun, kekalahan ini hampir dianggap "tak berarti", karena Bayern tetap keluar sebagai juara grup.
Klub terbaik di dunia?
Tambahan gelar diperoleh Bayern di tahun 2013 melalui Piala Super UEFA. Pertandingan ini kembali mempertemukan dua pelatih yang dianggap "rival abadi" : Pep Guardiola dan Jose Mourinho. Keberuntungan tetap berada di pihak Bayern. Klub ini menang 7:6 melalui adu penalti atas pemenang Piala Liga Eropa FC Chelsea.
Guardiola terus bawa Bayern menuju puncak
Gelar terbaru sebagai juara Piala Dunia Antarklub FIFA dianggap sebagai era baru dominasi klub FC Bayern München. Dunia sepak bola terus menghujani klub ini dengan pujian. "Diktator Bayern : Tidak peduli dengan tim apa pun, Pep kalahkan semua lawan," tulis harian Spanyol 'Marca'. "Tidak mungkin mereka gagal membawa pulang Piala Dunia," anggap harian 'Gazella dello Sport' dari Italia.
Dari 56 pertandingan di tahun 2013, Bayern mencatatkan 50 kali kemenangan, meraih lima gelar, belum lagi berbagai kesuksesan pada berbagai pertandingan uji coba. Tahun 2013 menjadi tahun yang membawa kebahagiaan bagi klub FC Bayern München. Namun, dominasi klub ini sepertinya masih harus dibuktikan dengan kembali berhasil meraih gelar 'treble' tahun depan.

DW.DE

Kilas Balik Sepakbola Jerman di 2013

Sepakbola Jerman mencatat prestasi gemilang tahun ini, diawali dengan final Liga Champions, hingga keberhasilan timnas merebut tiket ke putaran final Piala Dunia. Kendati begitu catatan sepakbola Jerman bukan tanpa cacat
Tidak ada yang mengira akan menyaksikan duel dua tim Jerman di final Liga Champions Eropa. Terlebih, ketika Borussia Dortmund dan Bayern München harus mengatasi perlawanan dua jawara Spanyol di Semi Final, Real Madrid dan FC Barcelona - dua klub yang selama ini mendominasi sepakbola Eropa.
Laga pemuncak di stadion Wembley, London, berlangsung sengit dan berakhir 2:1 untuk kemenangan Bayern. Kelegaan luar biasa memenuhi tim besutan Jupp Heynckes itu usai menyudahi puasa gelar Eropa sejak 12 tahun. Terlebih Bayern telah berlaga di tiga final Liga Champions dalam lima tahun terakhir.
"Jika kami ingin disebut sebagai generasi emas, maka kami harus merebut gelar internasional," kata kapten Philipp Lahm usai laga di Wembley kala itu. "Gelar Eropa adalah tolak ukur prestasi seorang pesepakbola dan sesuatu yang melekat dalam ingatan para fans, terutama jika ini menyangkut klub sebesar FC Bayern. Dan hari ini kami berhasil mencapainya."

Kedatangan Guardiola
Bayern tidak berhenti di London. Usai memastikan gelar juara liga, Lahm dkk. juga menyabet gelar DFB Pokal setelah mengandaskan Stuttgart di final. Musim ini, Bayern menjadi klub Bundesliga pertama yang merebut tiga gelar sekaligus. Ditambah dengan kemenangan atas Chelsea di Supercup Eropa, Bayern menjadi tim yang paling diburu di Eropa.
Bayern seakan enggan mengendurkan otot. Menyusul keputusan Jupp Heynckes untuk pensiun, klub yang bermarkas di Sabener Straße, München, itu menggaet pelatih kenamaan, Pep Guardiola yang menjadi buruan nomer satu di Eropa.


Final Liga Champions Eropa di stadion Wembley, London
Dalam waktu singkat, bekas pelatih Barcelona itu mendaratkan sejumlah pemain kelas dunia, antara lain Mario Götze yang menyebrang dari Dortmund dengan dana transfer 37 juta Euro dan Thiago Alcantara yang berasal dari Barcelona.
Selain itu pelatih Spanyol tersebut memoles beberapa pemain lama, Philipp Lahm kini diplot menjadi gelandang bertahan, sementara Franck Ribery dan Arjen Robben semakin berkembang menjadi duet maut di Eropa. Ribery saat ini dinominasikan untuk merebut gelar pemain terbaik Eropa, alias Ballon d'Or.
Timnas Jerman dan celah di lini pertahanan
Catatan baik juga diraih tim nasional Jerman yang melakoni babak kualifikasi Piala Dunia 2014. Skuad besutan Joachim Löw itu membukukan sembilan kali menang dan satu kali imbang dengan perbedaan gol 36:10. Jerman bertengger di urutan teratas klasemen dan meninggalkan Swedia dengan delapan angka di tempat kedua.
Kendati begitu penampilan der Panzer selama babak kualifikasi juga mengungkap kelemahan pada barisan pertahanan yang dikomandoi Philipp Lahm. Laga kualifikasi melawan Swedia (4:4 dan 5:3), pertandingan persahabatan versus Paraguay (3:3) dan Amerika Serikat (3:4), menyisakan rasa pahit di bibir.

Iklan Piala Dunia timnas Jerman di salah satu harian Brasil


Menemukan duet yang ampuh di lini belakang, antara Per Mertesacker, Jerome Boateng dan Mats Hummels adalah tugas terbesar pelatih Joachim Löw tahun depan menjelang Piala Dunia. "Buat saya ada dua fokus saat ini," kata Löw, "yaitu memperkokoh pertahanan. Ini dimulai dari depan. Kalau semua pemain bertahan dengan gigih, maka itu akan menjadi keuntungan buat semua. Selain itu adalah mempertajam serangan di depan," katanya.
Menurut hasil undian, Jerman akan menghadapi grup sulit di putaran final Brasil, dengan Portugal, Amerika Serikat dan Ghana di grup G. Otoritas Sepakbola Jerman (DFB) sendiri sejauh ini sudah melakukan sejumlah persiapan di Brasil.
DFB antara lain bekerjasama dengan produsen otomotif, Mercedes, yang juga sponsor resmi timnas Jerman buat membangun sendiri markas tim di Bahia, Brasil. Markas yang dilengkapi dengan penginapan dan fasilitas olahraga kelas dunia itu dulunya adalah sekolah olahraga. DFB yakin, markas timnas yang baru akan tuntas tepat waktu menjelang putaran final.
Skandal pajak dan gol phantom
Betapapun prestasi yang ditorehkan sepakbola Jerman, catatan di tahun ini tidak sepenuhnya bersih. Pencapaian Bayern München misalnya dibayangi oleh skandal pajak seputar Presiden Uli Hoeness. Legenda Bayern itu Januari silam melaporkan diri ke kepolisian dan mengaku menyingkirkan dana besar ke Swiss untuk menghindari pajak.
Gol ajaib Kießling ke gawang Hoffenheim. Reaksi sang penyerang bertolak belakang dengan keputusan wasit yang mengesahkan gol tersebut
November kemarin pengadilan di München mengabulkan gugatan kejaksaan. Hoeness yang tadinya yakin akan lolos, harus menghadapi proses hukum mulai Maret 2014 mendatang. Jika terbukti bersalah di semua butir dakwaan, sang presiden bisa dikenai hukuman penjara.
Skandal lainnya dicatat oleh Bayer Leverkusen, atau lebih tepatnya Stefan Kießling. Penyerang berbadan jangkung itu mencetak gol phantom, ketika menyundul bola ke sisi gawang, namun bola masuk dari samping melalui lubang di jaring gawang. Wasit yang tidak melihat proses terjadinya gol tersebut, menyatakan sah dan melanjutkan pertandingan kendati diiringi protes pemain Hoffenheim.
Peristiwa tersebut menghidupkan kembali debat seputar teknik pendeteksi bola di garis gawang. Awal tahun depan Deutsche Fußball Liga (DFL) akan menentukan kapan teknologi tersebut diterapkan di Bundesliga.

Sumber : www.dw.de/kilas-balik-sepakbola-jerman-di-2013/a-17313472

Liga FC Bayern

Bundesliga sempat digadang-gadang sebagai liga terkuat di Eropa. Tapi dominasi FC Bayern malah membuat divisi utama Jerman itu dipenuhi rasa bosan, kata Redaktur DW, Tobias Oelmeier.
Bundesliga terdiri dari 18 klub dan selalu begitu sejak beberapa dekade. Tapi apa yang terjadi 18 bulan terakhir mengaburkan fakta paling jelas soal Bundesliga tersebut. Bukan lagi 18, melainkan cuma FC Bayern saja yang terkesan bertanding di liga utama Jerman itu,
Skuad asuhan Pep Guardiola itu musim ini cuma tersandung dua kali, sekali kehilangan konsentrasi di Freiburg dan nasib sial yang menghampiri di Leverkusen. Sejak 41 pertandingan Bayern tidak terkalahkan. Dominasi tim yang bermarkas di Sabener Straße itu musim ini bahkan lebih mengerikan lagi ketimbang semusim lalu.

Sejak final Liga Champions antara Borussia Dortmund dan FC Bayern, media-media Eropa membanjiri Bundesliga dengan gelar liga terkuat di dunia. Kini, titel tersebut bertukar menjadi kebosanan tanpa akhir.

Penyebabnya tidak lain adalah kocek tebal FC Bayern yang membuat klub selatan itu mampu merebut pemain-pemain terbaik dari pesaing yang lain. Freiburg, Braunschweig atau Augsburg cuma bisa bermimpi memiliki keuangan sesehat Bayern.


Klub-klub gurem tersebut tidak memiliki pemasukan senilai puluhan juta Euro dari Liga Champions Eropa, dari pembagian pemasukan televisi atau penjualan pernak-pernik yang mendunia. Tapi di lain sisi, klub-klub kecil itu tidak juga merasa perlu bersaing dengan raksasa Bundesliga.

Berbicara soal persaingan di Bundesliga bisa membuat orang keheranan. Di mana Dortmund, Leverkusen atau Schalke? Apa yang terjadi dengan Hamburg, Bremen atau Stuttgart? Semua klub-klub ini memiliki tradisi dan sejarah yang panjang. Tidak cuma di Jerman saja, melainkan juga internasional. Cuma yang membedakan, klub-klub tersebut tidak memiliki keuangan layaknya FC Bayern.

Ada beberapa hal yang salah dengan Bundesliga, ketika bahkan finalis Liga Champions, Dortmund sejak awal musim sudah mengklaim, "Kami akan bersaing dengan klub-klub lain berebut tempat kedua." Ucapan semacam itu sejatinya haram dilontarkan oleh olahragawan. Dan selama paradigma semacam itu diamini oleh ke-17 klub lain di Bundesliga, divisi utama Jerman itu belum akan terbebas dari rasa bosan yang menghantuinya. Seperti yang kita alami musim ini.

Sumber : http://www.dw.de/liga-fc-bayern/a-17323503

Hutan Jerman

Lembah gelap, tepi sungai yang romantis dan pohon tinggi. Orang Jerman cinta keanekaragaman hutannya dan senang lewatkan waktu dengan berjalan-jalan di hutan.
  • Hertha See im Nationalpark Jasmund auf der Insel Rügen

    Taman Nasional Jasmund

    Ini taman nasional terkecil Jerman. Tapi seindah taman nasional lainnya. Di Taman Nasional Jasmund, di ujung utara pulau Rügen, terhampar hutan pohon Beech. Tahun 2011 UNESCO menyatakan hutan itu bagian dari Warisan Alam Dunia, yaitu dalam kelompok "Hutan Beech Tua Jerman".

    Simber : http://www.dw.de/hutan-jerman/g-17087021

Freitag, 27. Dezember 2013

Macam-Macam Software Komputer dan Fungsinya


Jenis-jenis Software Komputer dan Fungsinya

Adobe Photoshop = untuk editing gambar/foto atau untuk mendisain website
CorelDraw = untuk mendisain gambar
Picasa = untuk editing foto
Macromedia Flash = untuk membuat gambar animasiDreamweaver = untuk membuat website/ blog
Adobe Reader = untuk membaca ebook digital berformat Pdf
Photoscape = untuk pengeditan foto
Noiseware Professional = untuk membersihkan noise pada foto
Mozilla Firefox = untuk browser internet
Google Crome = untuk browser internet
Cool Edit Pro = untuk ngedit lagu atau untuk memotong dan menggabungkan lagu
Eset Nod32 = software anti virus terbaik
Microsof Office Word = untuk pengetikan data
Microsof Office Excel = untuk pengetikan dan membuat tabel
Microsoft Power Point = untuk membuat karya tulis
Quicktime = software untuk memutar file quicktime
dbpowerAMP Music Conventer = untuk mengkompres lagu
CCleaner = untuk membersihkan file-file yang tidak terpakai yang sudah lama dihapus
Nero = untuk burning CD/DVD
Winrar = untuk membuka file rar
Shadow Defender = untuk memproteksi komputer
Winamp = untuk memutar musik/lagu
Adobe Flash Player = untuk menunjang pemutaran lagu atau video
K-Lite Codec Pack = untuk memutar file video
IDM (Internet Download Manager) = untuk mempercepat proses download
Macromedia Flash Player = software pemutar file-file flash
Easy GIF Animator Pro = untuk  membuat  gambar bergerak/animasi berformat gif
Pinacle Studio = untuk editing video
PDF Password Remover = untuk menghilangkan password file pdf yang diproteksi
ACDSee Photo Manager = untuk pengaturan foto digital
TuneUp Utilities = untuk membuat kinerja komputer lebih cepat
Web Button Maker = untuk membuat tombol navigasi pada website/blog
Autocad = untuk mendisain gambar konstruksi
Ulead Gif Animator = untuk membuat animasi Gif
Product Key Explorer = untuk mendeteksi serial number software yang ada di komputer
Magic ISO Maker = membuat file iso yang digunakan untuk virtual drive
CoffeeCup Web Video Player = untuk membuat video player pada website
Ashampoo PhotoCommander = untuk pengaturan foto digital
WinRAR Cracker = untuk meng-crack winrar
Folder Lock = untuk mengunci folder / direktori
Xing MPEG Player = untuk memutar CD/VCD
Drive Blocker = untuk memproteksi drive
Winzip =  untuk kompres file
Microsoft Web Publishing = untuk mengirim data website ke internet
PowerDVD = untuk memutar video
Quick Media Converter = Converter Audio File
SoundForge = untuk mengedit file-file audio

Kultur Jerman vs Indonesia

Studi dan tinggal di Jerman adalah tantangan yang besar, terutama bagi yang 20 tahun hanya tinggal di Indonesia seperti saya. Semakin lama tinggal di satu negara, semakin melekat kultur dari negara tersebut.
Bagi saya sewaktu pertama kali datang ke Jerman banyak hal secara kultur yang sangat baru untuk saya. Dan saya perhatikan orang-orang Indonesia yang tidak betah studi dan tinggal di Jerman adalah mereka yang tidak belajar mengenal dan mempraktekan kultur Jerman selama tinggal di Jerman.
Beberapa waktu yang lalu saya mendapat ilustrasi menarik dari seorang seniman mengenai kultur Jerman versus Cina, yang secara garis besar juga berlaku untuk orang Indones    ia. Beberapa hal dari ilustrasi ini akan saya bahas sedikit di bawah.

Hampir 180 tahun yang lalu seorang misionar Kristen Jerman datang ke Sumatera untuk membawa agama Kristen ke tanah Batak. Satu hal yang membuat dia berhasil di tanah Batak adalah keinginan dia yang gigih untuk belajar bahasa Batak, mengenal dan mempraktekan kultur Batak. Nama misionar ini adalah Ludwig Ingwer Nommensen. Hal yang sama juga berlaku bagi  orang Indonesia yang datang ke Jerman, mereka yang berhasil di Jerman dalam studi, bersosialisasi, bekerja adalah mereka yang mampu berbahasa Jerman, mengenal dan mempraktekan kultur Jerman. Memang tidak semua kultur harus diserap, tetapi ada banyak hal baik dari kultur Jerman yang bisa kita pelajari. Beberapa kultur Jerman yang menarik perhatian saya adalah …

1. Mengutarakan pendapat
Orang Jerman mengutarakan pendapat secara langsung dan jelas. Berbeda dengan orang Indonesia, biasanya orang Indonesia memerlukan 1 paragraf untuk mengutarakan pendapatnya dan pada akhirnya pendengar juga tidak tau apa inti pendapatnya. Sedangkan orang Jerman hanya memerlukan 1-2 kalimat untuk mengutarakan pendapatnya dan inti pendapatnya bisa langsung dimengerti.

2. Tepat waktu
Di Jerman semua serba tepat waktu. Orang Jerman mengharapkan kalo ada janjian jam 12, artinya ketemu jam 12, bukan jam 12.15. Jika jam janjiannya tidak bisa ditepati, orang Jerman mengharapkan diberitau beberapa jam sebelumnya. Sedangkan orang Indonesia terbiasa dengan janjian tidak tepat waktu, sehingga ada istilahnya “jam karet”. Istilah yang tidak akan pernah ada di Jerman.

3. Menghadapi masalah
Orang Jerman menhadapi masalah secara langsung, mereka berusaha mencari akar permasalahannya dan mencari solusi terbaik. Sedangkan orang Indonesia lebih banyak berhati-hati dalam menghadapi masalah dan berusaha menghindari konflik dengan orang lain.

4. Pandangan terhadap diri sendiri
Orang Jerman memandang diri sendirinya cukup penting, sedangkan orang Indonesia lebih melihat kepentingan bersama lebih penting. Hal ini tidak saya liat selalu baik, karena kita adalah mahluk sosial. Tetapi di sisi lain sikap ini mungkin yang membuat begitu banyak orang Jerman yang menjadi penemu, dari Bosch, Benz, Porsche, dan lain-lain. Mereka adalah individual-individual yang terfokus memandang dirinya penting.

Yang menarik adalah, seorang seniman cina Liu Yang (http://www.yangliudesign.com) berusaha mengilustrasikan perbedaaan kultur Jerman dan Cina. Liat http://www.chinese4kids.net/blog/a-virsual-comparison-between-chinese-and-german-culture/. (<- harus diliat, sangat menarik dan lucu).

4 hal di atas hanya beberapa contoh secara general. Saya tidak menclaim semuanya 100% benar seperti itu, tetapi tendensinya seperti itu. Di post ini saya tidak bermaksud merendahkan orang Indonesia, karena saya sendiri orang Indonesia. Dan saya yakin orang Indonesia tidak kalah dengan orang Jerman, tetapi dalam banyak hal kita masih bisa belajar dari orang Jerman. Dan semoga orang Jerman juga belajar dari orang Indonesia.

Sumber : antonio-smanwat.blogspot.com/2013/01/kultur-jerman-vs-indonesia.html#more

Konjunktiv II

Konjunktiv II verwenden wir hauptsächlich, wenn wir uns etwas vorstellen oder wünschen, das zurzeit nicht möglich ist. Auch in der indirekten Rede oder bei besonders höflichen Fragen oder Aussagen kommt Konjunktiv II zum Einsatz.



Verwendung

  • (irreale) Wünsche und Hoffnungen
    Beispiel:
    Ich wünschte, ich hätte Ferien.
  • irreale Aussagen/Bedingungssätze (siehe Konditionalsätze)
    Beispiel:
    Dann könnte ich in den Urlaub fahren.
    Wenn ich im Urlaub wäre, läge ich den ganzen Tag am Strand.
  • indirekte Rede, wenn Konjunktiv I nicht möglich ist (siehe auch Indirekte Rede)
    Beispiel:
    Unser Lehrer sagt, wir müssten noch viel lernen. 
  • besonders höfliche oder vorsichtige Anfragen/Aussagen
    Beispiel:
    Wärst du so freundlich, an die Tafel zu kommen?

Bildung

Vom Konjunktiv II gibt es zwei Formen, je nachdem, ob wir eine Situation in der Gegenwart oder in der Vergangenheit ausdrücken wollen.

Situationen in der Gegenwart

Wir hängen die Konjunktivendung an den Präteritumstamm an (siehe Tabelle unten, Spalte finden). Starke Verben erhalten einen Umlaut.
Beispiel:
finden (fand) – er fände
Schwache und einige gemischte Verben unterscheiden sich im Konjunktiv II nicht vom Indikativ Präteritum. Deshalb umschreiben wir diese Verben normalerweise mit würde (würde-Form).
Beispiel:
ich wartete – ich würde warten
In der Umgangssprache bevorzugen wir auch für viele starke Verben die würde-Form (würde + Infinitiv).
Beispiel:
gehen – ich ginge/ich würde gehen
Konjunktiv II (Gegenwart)würde-Form
findenseinhaben
1. Person Singularich fändeich wäreich hätteich würde …
2. Person Singulardu fändestdu wär(e)stdu hättestdu würdest …
3. Person Singularer fändeer wäreer hätteer würde …
1. Person Pluralwir fändenwir wärenwir hättenwir würden …
2. Person Pluralihr fändetihr wär(e)tihr hättetihr würdet …
3. Person Pluralsie fändensie wärensie hättensie würden …

Situationen in der Vergangenheit

Wollen wir eine Situation in der Vergangenheit ausdrücken, verwenden wir die Konjunktivformen von sein/haben + Partizip II.
Beispiel:
ich wäre gegangen/ich hätte gesagt

Konjunktiv I

Konjunktiv I finden wir hauptsächlich in Zeitungstexten und Nachrichten, wenn Aussagen in der indirekten Rede wiedergegeben werden. Aber auch in einigen festen Wendungen kommt Konjunktiv I vor.

Nachrichten
Hoch lebe das Geburtstagskind! Zu seinem 90. Geburtstag sagte der Schauspieler, er habe sich noch nie so jung gefühlt.

  Verwendung
  • einige feste Wendungen
    Beispiel:
    Hoch lebe das Geburtstagskind!
  • indirekte Rede (in der Umgangssprache bevorzugen wir oft Indikativ, siehe Indirekte Rede)
    Beispiel:
    Er sagt, er habe sich noch nie so jung gefühlt.

Bildung

  • Nur das Verb sein ist im Konjunktiv I noch in allen Formen üblich:
    ich sei, du sei(e)st, er sei, wir seien, ihr seiet, sie seien
    Beispiel:
    Er sagte, sie seien im Kino.
  • Bei allen anderen Verben verwenden wir Konjunktiv I meist nur noch in der 3. Person Einzahl (er/sie/es/man). Dazu müssen wir nur das n vom Infinitiv entfernen.
    Beispiel:
    haben – er habe
    schreiben – er schreibe
  • In der 2. Person (du/ihr) unterscheiden sich Konjunktiv I und Indikativ nur dadurch, dass beim Konjunktiv I vor der Endung ein e steht.
    Beispiel:
    du träumst – du träumest
    ihr geht – ihr gehet
    Oft bevorzugen wir in der 2. Person aber Konjunktiv II anstelle von Konjunktiv I. So lässt sich die Form besser vom Indikativ unterscheiden.
  • Für die 1. Person Einzahl (ich) sowie die 1. und 3. Person Plural (wir, sie) unterscheidet sich der Konjunktiv I nicht vom Indikativ. Deshalb müssen wir für diese Personen Konjunktiv II verwenden.
    Beispiel:
    „Sie gehen joggen.“ – Er sagt, sie gingen joggen. (Konj. II)

Zeiten im Konjunktiv I

Den Konjunktiv I können wir im Präsens, Perfekt und Futur bilden.
Konjunktiv I
Präsenser gehe
er sage
Perfekter sei gegangen
er habe gesagt
Futur Ier werde gehen
er werde sagen
Futur IIer werde gegangen sein
er werde gesagt haben

Passiv

Mit dem Passiv betonen wir eine Handlung (Vorgangspassiv) oder einen Zustand (Zustandspassiv). Wer/Was die Handlung oder den Zustand verursacht hat, ist unwichtig, unbekannt oder wird als allgemein bekannt vorausgesetzt.

Ein Mann wurde angefahren. Er ist verletzt.
Dem Verletzten wurde ein Verband angelegt. Jetzt wird der Mann ins Krankenhaus gebracht.


Verwendung

Das Vorgangspassiv verwenden wir, wenn wir eine Handlung betonen wollen (Was passiert?). Wer die Handlung ausübt, ist nicht so wichtig oder unbekannt.
Beispiel:
Ein Mann wurde angefahren.
Dem Verletzten wurde ein Verband angelegt.
Jetzt wird der Mann ins Krankenhaus gebracht.
Die wichtigsten Informationen dieser Sätze sind also, dass jemand angefahren wurde, man ihm einen Verband angelegt hat und der Mann jetzt ins Krankenhaus gefahren wird. Wer den Mann angefahren hat, wer ihm den Verband angelegt hat und wer ihn ins Krankenhaus fährt, ist in diesem Fall nicht so wichtig oder nicht bekannt.
Mit dem Zustandspassiv beschreiben wir den Zustand nach einer Handlung.
Beispiel:
Er ist verletzt.
Während der Handlung wurde der Mann verletzt – jetzt ist er verletzt.

Bildung

Vorgangspassiv

Subjekt + Form von werden (+ Objekt) + Partizip II
ZeitformBeispielsatz im Vorgangspassiv
PräsensDer Mann wird verletzt.
PerfektDer Mann ist verletzt worden.
PräteritumDer Mann wurde verletzt.
PlusquamperfektDer Mann war verletzt worden.
Futur IDer Mann wird verletzt werden.
Futur IIDer Mann wird verletzt worden sein.

Zustandspassiv

Subjekt + Form von sein + Partizip II
ZeitformBeispielsatz im Zustandspassiv
PräsensDer Mann ist verletzt.
PerfektDer Mann ist verletzt gewesen.
PräteritumDer Mann war verletzt.
PlusquamperfektDer Mann war verletzt gewesen.
Futur IDer Mann wird verletzt sein.
Futur IIDer Mann wird verletzt gewesen sein.

Info

Einige Zeiten im Aktiv ähneln dem Zustandspassiv. Wenn wir wissen wollen, ob ein Satz Aktiv oder Passiv ist, versuchen wir hier einfach, das Vorgangspassiv zu bilden. Ist dies nicht möglich, handelt es sich um eine Aktivform.
Beispiel:
Ein Unfall ist passiert. (Aktiv Perfekt; kein Zustandspassiv!)
nicht möglich: Ein Unfall wird passiert.

Aktiv oder Passiv

Aktiv verwenden wir, um zu betonen, wer/was die Handlung ausführt.
Beispiel:
Der Lehrer erklärte uns das Passiv.
Passiv verwenden wir, um die Handlung an sich zu betonen. Wer/was die Handlung ausführt, wird in vielen Passivsätzen weggelassen.
Beispiel:
Das Passiv wurde uns (vom Lehrer) erklärt.

Verben, die kein Passiv bilden können

Verben ohne Akkusativobjekt können kein Passiv bilden. Dazu gehören:
  • Verben, deren Perfektform mit sein gebildet wird (z. B. fahren)
    Beispiel:
    Ich fuhr selber nach Berlin.
    Ich wurde selber nach Berlin gefahren.
    Passiv ist nicht möglich, weil ich selber gefahren bin.
    Aber: fahren kann auch mit haben + Akkusativobjekt verwendet werden. In diesem Fall ist ein Passivsatz möglich.
    Beispiel:
    Mein Vater fuhr mich nach Berlin.
    Passiv: Ich wurde (von meinem Vater) nach Berlin gefahren.
  • reflexive Verben
    Beispiel:
    Ich habe mich versteckt. (Ich bin mich versteckt worden.)
  • andere Verben ohne Akkusativobjekt
    Beispiel:
    Er schläft. (Er wird geschlafen.)
    Aber: In der Umgangssprache können wir von diesen Verben oft ein unpersönliches Passiv bilden (siehe Besonderheiten), z. B. als Aufforderung.
    Beispiel:
    Jetzt wird geschlafen!

Info

Auch mit Akkusativobjekt können nicht alle Verben das Passiv bilden. Dazu gehören zum Beispiel die Verben haben, kennen, wissen, es gibt.
Beispiel:
Ich habe einen Hund. (Ein Hund wird gehabt.)
Ich kenne die Frau. (Die Frau wird gekannt.)
Ich weiß die Antwort. (Die Antwort wird gewusst.)
Es gibt viele Museen. (Viele Museen werden gegeben.)

Umwandlung von Aktiv in Vorgangspassiv

Bei der Umwandlung von Aktiv in Vorgangspassiv geschieht Folgendes:
  • Das Akkusativobjekt wird zum Subjekt.
  • Das Subjekt wird weggelassen oder mit „von (+ Dativ)“ eingesetzt.
  • Das Verb wird im Partizip II verwendet, zusätzlich benötigen wir das Hilfsverb werden in der konjugierten Form.
Subjektfinites VerbObjektinfinites Verb
AktivJemandverletztden Mann.
PassivDer Mannwird(von jemandem)verletzt.
Beispiel für alle Zeitformen
ZeitAktivVorgangspassiv
PräsensJemand verletzt den Mann.Der Mann wird (von jemandem) verletzt.
PerfektJemand hat den Mann verletzt.Der Mann ist (von jemandem) verletzt worden.
PräteritumJemand verletzte den Mann.Der Mann wurde (von jemandem) verletzt.
PlusquamperfektJemand hatte den Mann verletzt.Der Mann war (von jemandem) verletzt worden.
Futur IJemand wird den Mann verletzen.Der Mann wird (von jemandem) verletzt werden.
Futur IIJemand wird den Mann verletzt haben.Der Mann wird (von jemandem) verletzt worden sein.

Besonderheiten

Nur das Akkusativobjekt wird zum Subjekt. Gibt es im Aktivsatz ein Dativobjekt, das an die erste Stelle rutschen soll, bleibt es im Dativ.
Aktiv:
Man legte dem Verletzten einen Verband an.
Passiv:
Dem Verletzten wurde ein Verband angelegt.
Auch Aktivsätze ohne Objekt können ins Passiv umgewandelt werden (unpersönliches Passiv). Wir verwenden dafür das Personalpronomen ‚es‘ oder eine adverbiale Bestimmung.
Beispiel:
Wir tanzten (gestern) viel. – Es/Gestern wurde viel getanzt.

Imperativ

Imperativ verwenden wir für Aufforderungen und Befehle, bei denen wir eine oder mehrere Personen persönlich ansprechen. Der Imperativ existiert also für die Formen du, ihr, wir und die Höflichkeitsform Sie.

Fahrgast: Halten Sie!
Fahrer: Steigen Sie ein!
Fahrgast: Fahren Sie mich bitte zum Bahnhof!
Fahrer: Schnallen Sie sich bitte an!
Fahrgast: Fahren wir!

Verwendung
Mit dem Imperativ fordern wir jemanden auf, etwas zu tun.
Beispiel:
Halten Sie!
Steigen Sie ein!
Fahren Sie mich zum Bahnhof!
Gelegentlich beziehen wir uns selbst in die Aufforderung ein und verwenden den Imperativ für die 1. Person Plural (wir).
Beispiel:
Fahren wir!

Info

Der Imperativ ist im Deutschen sehr gebräuchlich, weil wir hier mit wenigen Wörtern sagen können, was der andere tun soll. Für Nicht-Muttersprachler klingt diese Form manchmal etwas unhöflich, das ist aber normalerweise nicht so gemeint. Natürlich kommt es immer auf den Ton an. Um höflicher zu klingen, können wir das Wörtchen bitte verwenden.
Beispiel:
Fahren Sie mich bitte zum Bahnhof!
Schnallen Sie sich bitte an!

Bildung

1./3. Person Plural (wir/Sie)

Den Imperativ für Sie/wir bilden wir mit dem Verb im Infinitiv + Sie/wir. Beim Verb sein fügen wir zusätzlich ein e ein.
Beispiel:
Gehen Sie!/Seien Sie ehrlich!
Gehen wir!/Seien wir ehrlich!

2. Person Plural (ihr)

Der Imperativ für ihr ist die finite Verbform der 2. Person Plural, aber ohne das Pronomen.
Beispiel:
Geht!/Seid ehrlich!

2. Person Singular (du)

Den Imperativ für du bilden wir normalerweise, indem wir beim Infinitiv die Endung en entfernen. In der gehobenen Sprache hängen wir bei vielen Verben oft noch ein e an, in der Umgangssprache lassen wir es meistens weg.
Beispiel:
Geh(e)!/Sei ehrlich!

Besonderheiten beim Imperativ für 2. Person Singular:

  • Die Stammvokaländerung von e zu i/ie gilt auch für den Imperativ; in diesem Fall verwenden wir aber nie das Imperativ-e.
    Beispiel:
    Lies! (lesen – ich lese, du liest) (nicht: Liese!)
  • Die Stammvokaländerung von a zu ä gilt nicht für den Imperativ.
    Beispiel:
    Fahr! (aber: ich fahre, du fährst)
  • Endet der Präsensstamm auf d/t, hängen wir immer e an.
    Beispiel:
    Warte! (nicht: Wart!)
  • Endet der Präsensstamm auf Konsonant + m/n, hängen wir immer e an. Dies gilt aber nicht, wenn dieser Konsonant ein m, n, l, r oder h (aber nicht ch) ist.
    Beispiel:
    Atme!/Zeichne!
    aber: Schwimm(e)!/Lern(e)!
  • Endet das Verb auf eln/ern, hängen wir immer e an. (Das e von eln/ern kann wegfallen.)
    Beispiel:
    Fei(e)re!/Ang(e)le!

Trennbare/nicht trennbare Verben

Trennbar sind Verben mit folgenden Präfixen:
ab-, an-, auf-, aus-, bei-, ein-, los-, mit-, nach-,
her-, hin-, vor-, weg-, zu-, zurück-

  • In der finiten Form stehen diese Präfixe getrennt vom Verb, meist am Ende des Satzes.
    Beispiel:
    Ich stehe an der Kasse an.
  • Im Partizip II wird ge zwischen Präfix und Verb gesetzt.
    Beispiel:
    Ich habe an der Kasse angestanden.

Nicht trennbare Verben

Nicht trennbar sind Verben mit folgenden Präfixen:
be-, emp-, ent-, er-, ge-, miss-, ver-, zer-
  • Diese Präfixe bleiben als fester Bestandteil vor dem Verb, auch in der finiten Form.
    Beispiel:
    Ich bestehe die Prüfung.
  • Das Partizip II bilden wir ohne ge.
    Beispiel:
    Ich habe die Prüfung bestanden.

Trennbar oder nicht trennbar

Verben mit folgenden Präfixen können sowohl trennbar als auch nicht trennbar sein:
durch-, hinter-, über-, um-, unter-
  • Einige Verben sind mit diesen Präfixen immer trennbar.
    Beispiel:
    umschauen – er schaut sich um
  • Einige andere Verben sind mit diesen Präfixen nie trennbar.
    Beispiel:
    umarmen – sie umarmt ihn
  • Es gibt aber auch Verben, die mit diesen Präfixen trennbar oder nicht trennbar sein können. Das trennbare Verb und das nicht trennbare Verb haben dann eine unterschiedliche Bedeutung.
    Beispiel:
    umfahren – Er fährt das Schild um. – Er umfährt das Schild.

Er fährt das Schild um.Er umfährt das Schild.

Info

Bei trennbaren Verben betonen wir das Präfix, bei nicht trennbaren Verben die Silbe hinter dem Präfix.

Modal Verben

Modalverben sind dürfen, können, mögen, müssen, sollen und wollen. Mit diesen Verben können wir den Inhalt einer Aussage ändern – es ist zum Beispiel ein Unterschied, ob jemand etwas tun muss oder darf.

Max will Automechaniker werden. Dafür muss er viel über Autos wissen. Sein Vater soll ihm alles erklären. In der Werkstatt darf Max seinem Vater helfen. Max kann sogar schon Reifen wechseln.

Verwendung
Modalverben verwenden wir meist mit dem Infinitiv des Vollverbs. Je nachdem, welches Modalverb wir verwenden, ändert sich die Aussage des Satzes.
Beispiel:
Max will/darf/soll Automechaniker werden.
Wenn das Vollverb als selbstverständlich vorausgesetzt wird, lassen wir es in der Umgangssprache oft weg.
Beispiel:
Kannst du Deutsch (sprechen)?
Willst du eine Pizza (essen)?
Ich darf das (machen).

Bildung

  • Im Präsens und Präteritum verwenden wir die finite Form (siehe Konjugationstabelle). Im Perfekt verwenden wir den Infinitiv des Modalverbs.
PräsensPräteritumPerfekt
Er kann tanzen.Er konnte tanzen.Er hat tanzen können.
Du musst schlafen.Du musstest schlafen.Du hast schlafen müssen.
  • Für Sätze, in denen kein Vollverb vorkommt, verwenden wir im Perfekt/Plusquamperfekt das Partizip II des Modalverbs.
    Beispiel:
    Das habe/hatte ich nicht gewollt.

Konjugationstabelle

müssenkönnendürfensollenwollenmögen*möchten**
Präsens
ich musskanndarfsollwillmagmöchte
du musstkannstdarfstsollstwillstmagstmöchtest
er/sie/es/man musskanndarfsollwillmagmöchte
wir müssenkönnendürfensollenwollenmögenmöchten
ihr müsstkönntdürftsolltwolltmögtmöchtet
sie/Sie müssenkönnendürfensollenwollenmögenmöchten
Präteritum
ich musstekonntedurftesolltewolltemochtewollte
du musstestkonntestdurftestsolltestwolltestmochtestwolltest
er/sie/es/man musstekonntedurftesolltewolltemochtewollte
wir musstenkonntendurftensolltenwolltenmochtenwollten
ihr musstetkonntetdurftetsolltetwolltetmochtetwolltet
sie/Sie musstenkonntendurftensolltenwolltenmochtenwollten
Partizip II
gemusstgekonntgedurftgesolltgewolltgemochtgewollt
Konjunktiv II
müsstekönntedürftesolltewolltemöchte
* mögen wird heute meist ohne Vollverb verwendet – ich mag dich
** möchten ist eigentlich Konjunktiv II von mögen, wird heute aber im Präsens als eigenständiges Modalverb verwendet (für die Vergangenheitsformen nehmen wir wollen).

Typen von Präpositionen

Präpositionen des Ortes (lokal)

Präpositionen des Ortes erfragen wir mit „Wo/Wohin/Woher?“. Einige typische Präpositionen dieser Gruppe sind: an, auf, hinter, in, neben, vor, zu.
Gustav kommt aus einer kleinen Stadt. Er wohnt in einem Haus an der Hauptstraße, neben einem Hotel.

Präpositionen und Fälle

Präpositionen, die Genitiv verlangen

  • aufgrund/auf Grund, wegen
    Beispiel:
    Aufgrund/Wegen der Hitze fiel der Unterricht aus.
  • trotz, ungeachtet
    Beispiel:
    Das Flugzeug startete trotz/ungeachtet aller Warnungen.
    anstelle/an Stelle/statt
    Beispiel: 
    Anstelle eines Badeurlaubs machten sie Urlaub in den Bergen. 
    Statt der Suppe brachte der Kellner mir einen Salat.
  • Beiderseits, diesseits, jenseits, entlang, oberhalb, unterhalb, außerhalb
    Beispiel: 
    Entlang/Diesseits des Flusses stehen Bäume.
    links, rechts, nördlich, östlich, südlich, westlich, unweit
    Beispiel:
    Er wohnt östlich/unweit der Grenze.
    während
    Beispiel:
    Sie lernten sich während der Konferenz kennen.

Präpositionen, die Dativ verlangen

  • aus, aus … heraus
    Beispiel:
    Er kommt aus dem Haus (heraus).
  • außer
    Beispiel:
    Außer mir war niemand auf der Straße.
  • bei, zu, bis zu
    Beispiel:
    Ich fahre zu einer Freundin und bleibe bis zum Sonntag bei ihr.
  • gegenüber, nahe
    Beispiel:
    Das Hotel befindet sich gegenüber dem Bahnhof.
  • mit, nach
    Beispiel:
    Nach der Arbeit fuhr sie mit dem Bus nach Hause.
  • seit
    Beispiel:
    Maria lernt seit einem Jahr Deutsch.
  • von, von … aus
    Beispiel:
    Von der Kreuzung (aus) ist es nicht mehr weit.
  • … zufolge
    Beispiel:
    Dem Bericht zufolge ist das Produkt sehr zu empfehlen.

Präpositionen, die Akkusativ verlangen

  • um, um … herum, durch, … entlang
    Beispiel:
    Er geht um das Haus (herum).
    Gehen Sie durch den Tunnel und dann die Straße entlang!
  • für, gegen, ohne
    Beispiel:
    Ohne dich haben wir keine Chance gegen die andere Mannschaft. Also nimm dir für den Sonntag nichts anderes vor!

Präpositionen, die Dativ/Akkusativ verlangen

Einige Präpositionen verwenden wir manchmal mit Akkusativ und manchmal mit Dativ. Akkusativ nehmen wir, wenn wir eine Bewegung (Wohin?) ausdrücken wollen. Dativ nehmen wir, wenn es um eine Position (Wo?) geht.
  • an, auf, in, über, unter, hinter, neben, vor, zwischen

Beispiele für Präpositionen mit Dativ/Akkusativ



Dativ (Position – Wo?)

1) Die Bilder hängen an der Wand.
3) Die Katze sitzt auf dem Sofa.
5) Die Katze ist hinter dem Sofa.
7) Der Fisch schwimmt in dem Aquarium.
9) Der Hund liegt unter dem Tisch.

Akkusativ (Richtung – Wohin?)

2) Der Kater lehnt sich an die Wand.
4) Die Katze klettert auf das Sofa.
6) Die Katze kriecht hinter das Sofa.
8) Die Katze klettert in das Aquarium.
10) Die Maus geht unter den Tisch.

Verbindung von Präposition und Artikel

Präposition und Artikel werden oft zu einem Wort zusammengezogen.
PräpositionPräposition + ArtikelBeispiel
anan dem = amIch warte am Kino.
beibei dem = beimBeim Spielen hat er die Zeit vergessen.
inin dem = im
in das = ins
Ich bin im Wohnzimmer.
Kommst du auch ins Wohnzimmer?
vonvon dem = vomIch komme gerade vom Einkaufen.
zuzu dem = zum
zu der = zur
Ich gehe zum Sport.
Wir gehen zur Disko.



  /z/jetzt/images/oben.gif (112 Byte) Menü
        /z/jetzt/images/oben.gif (112 Byte) Leitseite   E-Mail  |  Stichwortsuche:

Karakter masyarakat di Jerman

karakter orang-orang Jerman pada umumnya terbagi dua.
Ada golongan muda dan golongan tua.Dan diantara dua golongan ini sering terjadi salah paham dan GAP yang sangat besar.Para manula di jerman dibiayai oleh pemerintah dalam urusan asuransi dan uang hidup bulanan, sehingga mereka mengatakan bahwa kaum muda pemalas dan tidak mau kerja.Hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh masa lalu mereka yang ditindas dan hidup dalam diktator militer Hitler.Ini dapat dilihat dari sikap mereka terhadap warga asing (Gue dan teman-temen gue dari berbagai negara lainnya) di pusat-pusat keramaian maupun tempat lain.
Sedangkan golongan muda mengatakan bahwa kaum tua tidak mengerti aspirasi mereka,dan selalu mengatur hingga ke cara berpakain,pemakaian tata bahasa (hoch deutsch atau umgangsprache),hingga cara berinteraksi dengan warga negara lain.Tetapi di lain pihak, hal ini menguntungkan bagi kaum pendatang di Jerman, karena mereka akan lebih mudah menjalin persahabatan dengan warga negara yang umurnya relatif lebih muda.
Kedisiplinan dan tepat waktu adalah dua hal utama yang gue bisa liat disini.
Waktu kereta detail hingga ke hitungan menit,dan selalu berangkat di saat yang tercetak di ticket,tanpa memedulikan penumpang yangg terlambat naik.Untuk menyeberang jalan,harus melihat lampu penyebrangan,sekalipun jalanan kosong melompong,kalau tidak akan di denda. Dan global warming merupakan masalah utama disini. Berbelanja dimana pun juga tidak akan diberi kantong plastik atau kertas, jadi harus membawa tas masing-masing,sampah pun demikian, harus dipisah ke 3 bagian,kalau tidak akan ditegur.
Mengenai agama,umumnya mereka atheis dan tidak mempercayai akan adanya Tuhan Yesus (even thou they parents are Christian or Catholic) Mereka percaya akan adanya “Gott” tetapi tidak mengenal “Dia” secara pribadi, dan mereka dengan bangga mengatakan bahwa agama mereka Atheis.

Hakikat Bahasa dan Sifat sifat Bahasa

Hakikat / Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. (Kridalaksana: 1983)

Ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu: 


(1) bahasa itu adalah sebuah sistem, 
(2) bahasa itu berwujud lambang, 
(3) bahasa itu berupa bunyi, 
(4) bahasa itu bersifat arbitrer, 
(5) bahasa itu bermakna, 
(6) bahasa itu bersifat konvensional, 
(7) bahasa itu bersifat unik, 
(8) bahasa itu bersifat universal, 
(9) bahasa itu bersifat produktif, 
(10) bahasa itu bervariasi, 
(11) bahasa itu bersifat dinamis, dan 
(12) bahasa itu manusiawi.

A. Sifat-sifat Bahasa
1. Bahasa itu adalah Sebuah Sistem
Sistem berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. sistem terbentuk oleh sejumlah unsur yang satu dan yang lain berhubungan secara fungsional. Bahasa terdiri dari unsur-unsur yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan.

Sebagai sebuah sistem,bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri dari sub-subsistem atau sistem bawahan (dikenal dengan nama tataran linguistik). Tataran linguistik terdiri dari tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Secara hirarkial, bagan subsistem bahasa tersebut sebagai berikut.

2. Bahasa itu Berwujud Lambang
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam bidang kajian ilmu semiotika, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa tanda yaitu: tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (sympton), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon. Lambang bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan langsung yang bersifat wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya.

3. Bahasa itu berupa bunyi
Menurut Kridalaksana (1983), bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan dalam tekanan udara. Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Tetapi juga tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa.

4. Bahasa itu bersifat arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Ferdinant de Saussure (1966: 67) dalam dikotominya membedakan apa yang dimaksud signifiant dan signifie. Signifiant (penanda) adalah lambang bunyi itu, sedangkan signifie (petanda) adalah konsep yang dikandung signifiant.

Bolinger (1975: 22) mengatakan: Seandainya ada hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya itu, maka seseorang yang tidak tahu bahasa tertentu akan dapat menebak makna sebuah kata apabila dia mendengar kata itu diucapkan. Kenyataannya, kita tidak bisa menebak makna sebuah kata dari bahasa apapun (termasuk bahasa sendiri) yang belum pernah kita dengar, karena bunyi kata tersebut tidak memberi ”saran” atau ”petunjuk” apapun untuk mengetahui maknanya.

5. Bahasa itu bermakna
Salah satu sifat hakiki dari bahasa adalah bahasa itu berwujud lambang. Sebagai lambang, bahasa melambangkan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Maka, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyi makna. Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa.
[kuda], [makan], [rumah], [adil], [tenang] : bermakna = bahasa
[dsljk], [ahgysa], [kjki], [ybewl] : tidak bermakna = bukan bahasa

6. Bahasa itu bersifat konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya, binatang berkaki empat yang biasa dikendarai, dilambangkan dengan bunyi [kuda], maka anggota masyarakat bahasa Indonesia harus mematuhinya. Kalau tidak dipatuhinya dan digantikan dengan lambang lain, maka komunikasi akan terhambat.

7. Bahasa itu bersifat unik
Bahasa dikatakan bersifat unik, artinya setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat, atau sistem-sistem lainnya.

8. Bahasa itu bersifat universal
Selain bersifat unik, bahasa juga bersifat universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Misalnya, ciri universal bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

9. Bahasa itu bersifat produktif
Bahasa bersifat produktif, artinya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya, kita ambil fonem dalam bahasa Indonesia, /a/, /i/, /k/, dan /t/. Dari empat fonem tersebut dapat kita hasilkan satuan-satuan bahasa:

  • /i/-/k/-/a/-/t/ 
  • /k/-/i/-/t/-/a/
  • /k/-/i/-/a/-/t/
  • /k/-/a/-/i/-/t/
10. Bahasa itu bervariasi
Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai status sosial dan latar belakang budaya yang tidak sama. Karena perbedaan tersebut maka bahasa yang digunakan menjadi bervariasi. Ada tiga istilah dalam variasi bahasa yaitu:

  1. Idiolek : Ragam bahasa yang bersifat perorangan. 
  2. Dialek : Variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.
  3. Ragam : Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tertentu. Misalnya, ragam baku dan ragam tidak baku.

11. Bahasa itu bersifat dinamis
Bahasa tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu selalu berubah, maka bahasa menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi dinamis. Perubahan itu dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata, dan perubahan-perubahan lainnya.

12. Bahasa itu manusiawi
Alat komunikasi manusia berbeda dengan binatang. Alat komunikasi binatang bersifat tetap, statis. Sedangkan alat komunikasi manusia, yaitu bahasa bersifat produktif dan dinamis. Maka, bahasa bersifat manusiawi, dalam arti bahasa itu hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons