- A. Pengertian Sintaksis
Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antara kata dalam
tuturan. Tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Morfologi itu
menyangkut struktur gramatikal di dalam kata, dan sintaksis itu
berurusan dengan tata bahasa diantara kata-kata di dalam tuturan.
Pada dasarnya sintaksis itu berurusan dengan hubungan antar kata di
dalam kalimat. Sebenarnya, hal itu tidak seluruhnya benar, tetapi
sebagai patokan umum dapat diterima. Hubungan antara kalimat termasuk
“analisis wacana”, dan hubungan antara tatabahasa (termasuk sintaksis)
kalimat dengan wadahnya di dalam wacana perlu diperhatikan. Jadi,
sintaksis dianggap menyangkut hubungan gramatikal antar kata di dalam
kalimat.
- B. Struktur Sintaksis
Secara umum struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S),
predikat (P), objek (O), dan keterangan. Menurut Verhar (1978)
fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur S, P, O, dan K
itu merupakan “kotak-kotak kosong” atau “tempat0tempat kosong” yang
tidak mempunyai arti apa-apa karenan kekosongannya. Tempat-tempat kosong
itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan
tertentu.
Contoh kalimat: Nenek melirik kakek tadi pagi.
Tempat kosong yang bernama subjek disi oleh kata
nenek yang berkategori nomina, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata
melirik yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata
kakek yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frasa
tadi pagi yang berkategori nomina.
- C. Kata sebagai Satuan Sintaksis
Dalam tataran morfologi
kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis
kata
merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial menjadi komponen
pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Kata sebagai
satuan sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsure-unsur pembentuk
satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frasa, klausa, dan kalimat.
Sebagai satuan terkecill dalam sintaksis, kata berperanan sebagai
pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan
sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari
satuan sintaksis.
Dalam pembicaraan kata sebagai pengisi satuan sintaksis,
pertama-pertama harus kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu
yang disebut kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword). Kata
penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai
kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka,
dan dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.
Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata yang secara leksikal
tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas
tertutup, dan di dalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.
- D. Frasa
Frasa lazim didefinisikan seagai satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut
gabunngan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam
kalimat.
- Jenis-jenis Frasa
Dalam pembicaraan tentang frasa biasanya dibedakan adanya frasa
eksosentrik, frasa endosentrik (disebut juga frasa subordiatif atau
frasa modifikatif), dan frasa apositif.
- Frasa eksosentrik
Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya,
frasa
di pasar, yang terdiri dari komponen
di, dan komponen
pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa ini dapat mengisi fungsi keterangan.
Frasa eksosentris biasanya dibedakan atas frasa eksosentris yang
direktif dan frasa eksosentris yang nondirektif. Frasa eksosentris yang
direktif komponen pertamnya berupa preposisi, seperti
di, ke, dan
dari,
dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya
berkategori nomina. Frasa eksosentrik yang nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti
si, dan
sang atau kata lain seperti
yang, para¸dan
kaum. Sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba.
- Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentuknya terdiri
dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara
potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang
tunggal seperti
dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti
baik…., baik….., mungkin…., mungkin, dan
baik…., maupun.
- c. Frasa apositif
Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponennya saling
merujuk sesamanya dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat
dipertukarkan. Umpamanya, frasa apositif
Pak Ahmad, guru saya.
- d. Perluasan frasa
Maksudnya, frasa itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai
dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. Ummpanya, frasa
di kamar tidur dapat diperluas dengan diberi komponen baru. Misalnya, berupa kata
saya, ayah, atau
belakang sehingga menjadi
di kamar tidur saya, di kamar tidur ayah, di kamar tidur belakang.
- E. Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa
kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa
berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang
membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan
bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa
tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi
berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa
sebagai berikut.
- Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki
kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua
klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan.
Contohnya sebagai berikut:
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
- Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi
menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut. Orang itu pindah
ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia. Klausa orang itu
pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan
klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesiamerupakan klausa sematan
(lazim disebut anak kalimat).
- Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari
tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini. Dia pindah ke
Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. Kalimat di atas
terdiri dari tiga klausa yaitu. 1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
2) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan) 3) Ibunya kawin lagi
(klausa sematan) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal.
(Kalimat majemuk bertingkat) Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
(Kalimat majemuk setara)
- F. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran
(Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan
kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan,
kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut:
- Satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata,
gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang
minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek
dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit;
- Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi
atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan
kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita,
tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum.
Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf
kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:),
atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu
tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat
sebagai berikut. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan
diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru,
Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket. Predikat
transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung urutan logis, setiap kata atau
kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan
keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. Mengandung satuan
makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih,
kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling
berhubungan. 3.2. Fungsi sintaksis dalam kalimat Fungsi sintaksis pada
hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk
bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek
(S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket).
Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur
fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan
prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan
merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan
dijelaskan berikut ini.
- Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu
dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket.
Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut: jawaban apa atau siapa, dapat
didahului oleh kata bahwa, berupa kata atau frasa benda (nomina) dapat
diserta kata ini atau itu, dapat disertai pewatas yang, tidak didahului
preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan
kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain (S) Ibu memasak. S
- Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok
kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat
pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik bermain. (S) Adik adalah pokok kalimat bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Ibu memasak. S P Ibu
- Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh
verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat
dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang
mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
Dosen menerangkan materi. S P O
menerangkan adalah verba transitif.
Ibu menyuapi adik. S P O
Menyuapi adalah verba transitif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
Ayah membaca koran. S P O Koran adalah nomina.
Adik memakai tas baru. S P O Tas baru adalah frasa nominal berada
langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti
contoh berikut,
Ibu memarahi kakak. S P O
Guru membacakan pengumuman. S P O
dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
Kepala sekolah mengundang wali murid. S P O
Kepala sekolah mengundangnya. S P O
objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
Ani membaca buku. S P O Buku dibaca Ani. S P Pel.
- Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.)
bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau
frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang
predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh
berikut.
Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi. S P pel. ket.
Bu Minah menjual sayur di pasar pagi. S P O ket. Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pelengkap kehadirannya dituntut
oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber
dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di-
atau ter-, seperti contoh berikut.
Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi. S P Pel. Ket. Buku dibaca Ani. S P Pel.
pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
Ayah membelikan adik mainan. S P O Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif. pelengkap merupakan unsur kalimat
yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah,
ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
Budi menjadi siswa teladan. S P Pel.
Kemerdekaan adalah hak semua bangsa. S P Pel.
dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di
belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap
berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
Pak Ali berdagang buku bekas. S P Pel.
Ibu membelikan Rani jilbab. S P O Pel.
pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
Ibu memanggil adik. S P O
Ibu memanggilnya. S P O
Pak Samad berdagang rempah. S P Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu
menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat
pasif seperti contoh berikut. Pancasila merupakan dasar negara. S P Pel.
Dasar negara dirupakan pancasila (?)
- Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada
seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur
tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat
dapat dilihat pada contoh berikut.
Ibu membeli kue di pasar. S P O Ket. tempat
Ayah menonton TV tadi pagi. S P O Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: umumnya merupakan
keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti
contoh berikut.
Saya membeli buku. S P O
Saya membeli buku di Gramedia. S P O Ket. tempat
keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati. S P O Ket. cara
Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu. Ket. cara S P O keterangan
diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan
klausa terikat, seperti contoh berikut.
Ali datang kemarin. S P Ket. waktu
Ibu berangkat kemarin sore. S P Ket. waktu
1) Jenis-jenis kalimat
- Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat yang
dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau
netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat
non-inti dengan berbagai proses transformasi.
- Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya
klausa yang ada di dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka
disebut kalimat tunggal, kalau klausa dalam sebuah kalimat lebih dari
satu maka disebut kalimat majemuk
- Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan
lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu
kalau klausanya lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan
predikat maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak
lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau keterangan saja
maka kalimat tersebut disebut kalimat minor
- Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau
kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal
sedangkan kalimat non verbal adalah kalimat y6ang predikatnya bukan kata
atau frase verbal, bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga
numeralia.
- Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi
ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa
bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat
terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
lengkap atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan
konteks.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia.
Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Grasindo.
sumber : arifsunarya.wordpress.com/2012/11/17/sintaksis-dalam-tataran-linguistik/
0 Kommentare:
Kommentar veröffentlichen