Makna suatu kata merupakan bahan yang dikaji dalam ilmu semantik. Tipe-tipe makna menurut pada ahli dapat dibedakan
oleh beberapa jenis sebagai
berikut:
A.
Tipe-tipe
makna menurut Leech
1.
Makna Konseptual
Makna konseptual kadang
disebut juga makna denotatif atau makna kognitif dalam pengertian luas dianggap
faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai
sesuatu yang terpadu bagi fungsi esensial terhadap suatu bahasa, tidak seperti
makna yang lain. Alasan utama untuk menempatkan sebagai prioritas pada makna
konseptual adalah bahwa makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks
dan rumit. Khususnya pada dua prinsip struktural yaitu kontrasitif
dan struktur konsitituen.
Ciri-ciri kontransitif mendasari klasifikasi
bunyi dalam fonologi misalnya pada setiap penamaan kata menerapkan satu bunyi
yang membatasi secara positif dengan bentuk yang dimilikinya, serta dengan
implikasi secara negatif dengan bentuk yang tidak dimilkinya. Struktur
konsituen atau pembentuk adalah prinsip dimana unit-unit bahasa terbentuk dari
unit-unit yang lebih kecil atau ditinjau secara terbalik.
2.
Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif
dari satu ungkapan menurut apa yang telah diacu, melebihi diatas isinya yang
murni konseptual. Sejauh itu pengertian acuan bertumpah tindih dengan makna
konseptual. Contoh kata wanita apabila dibuat definisinya dalam konseptual maka
sifat itu adalah manusia, dewasa, dan perempuan haruslah memberikan kriteria
secara benar. Sifat sebaliknya kedalam dunia nyata menjadi atribut dari
acuannya. Tetapi juga sejumlah sifat tambahan yang tidak masuk dalam kriteria
itu, yang kita ketahui juga dapat jadi acuan kata woman tersebut. Acuan
tersebut tidak hanya meliputi sifat psikis (berkaki dua, memiliki rahim) tetapi
bersifat psikis dan sosial (suka berteman, memiliki naluri keibuan) dan dapat
diperluas kearah-arah yang bersifat tipikal bukannya selalu ada dalam
kewanitaan (pandai bicara, pandai masak, memakai rok, gaun). Masih dapat
diteruskan lagi makna konotatifnya meliputi sifat putatif dari acuannya,
disebabkan pandangan yang diterima oleh individu atau sekelompok atau seluruh
anggota masyarakat seperti (lemah, gampang menangis, penakut, emosional,
tidak rasional, tidak konstan).
Membicarakan konotasi akan semakin jelas bila
berbicara tentang dunia nyata yang diasosiakan dengan ungkapan ketika sesorang
mendengarnya atau menggunakannya. Oleh karena itu, batas antara makna
konseptual dengan makna konotatif juga merupakan batas yang kabur tetapi
penting untuk diketahui.
3.
Makna Stilistika
Berbicara tentang makna sitilistik berarti membicarakan dua
aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna
stilistik adalah makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial
penggunaannya. Kita mengenali beberapa kata atau ucapan sebagai
suatu dialek yaitu menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan
geografis atau lingkungan sosialnya. Ciri lainya adalah bahasa
menunjukkan sesuatu tentang hubungan sosial antara penutur dengan pendengarnya,
misalnya bahasa sehari-hari, kekeluargaan, bahasa slang.
Makna
Asosiatif
Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa.
Contoh: Kata melati berasosiasi
dengan sesuatu yang disucikan atau kesucian.
Kata merah berasosiasi
dengan berani.
Makna
asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambangan yang digunakan
oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai
kemiiripan dengan sifat, keadaan, atau ciri yang ada pada konsep asal
kata atau leksem tersebut.
4.
Makna Afektif
Makna
afektif yaitu istilah yang diapakai untuk jenis makna stilistik, sering kali
secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan konseptual atau konotatif dari
kata-kata yang di pergunakan. Misalnya seseorang yang ditegur dengan kata
“Dasar anak bodoh”. Bagaimana perasaan sipenutur terhadapnya atau dengan cara
tidak langsung seperti “Bukannya tidak pandai melainkan malas belajar”.
Faktor-faktor
seperti intonasi dan gema suara dalam hal ini sangat penting. Kesan sopan pada
kalimat 2 dapat berbalik kalau diapakai nada sarkastis yang tajam, kalimat 1
dapat diubah menjadi kalimat santai apabila intonasi suara dengan lembut.
5.
Makna
Refleksi
Makna refleksi adalah makna
yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika sesuatu pengertian kata
membentuk sebagian dari respons kita terhadap pengertian lain.
6.
Makna Kolokatif
Makna kolokatif terdiri atas
asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna
kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. Kata-kata prety dan
handsome memiliki arti kata dasar yang sama dalam arti sedap dipandang namun
kedua kata itu dapat dibedakan menurut beberapa kata benda lain yang
menyertainya atau menjadi kata sandingnya.
Melihat dari contoh kata
diatas sudah barang tentu susunan kata benda itu dapat saja tertukar misalnya
handsome woman dan prety woman. Kedua bentuk itu sama-sama bisa diterima
meskipun kata-kata itu mengisyaratkan daya tarik yang berbeda yang disebabkan
oleh asosiasi kolokatif dari kedua sifat diatas.
7.
Makna Tematik
Makna tematik atau makna yang dikomunikasikan
menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti menurut urutan,
fokus dan penekanan. Nilai kounikatif itu juga dipengaruhi oleh penggunaan
kalimat aktif dan kalimat pasif. Misalnya: Apakah yang diajarkan dosen
itu?
Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin mengetahui
objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih menekankan siapakah subjeknya.
B.
Tipe-tipe
makna menurut Harman
1.
Pendekatan Referensial
Teori
referensial merupakan salah satu jenis teori makna yang mengenali atau
menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan
hubungan acuan itu. Referen atau acuan boleh saja benda, peristiwa, proses atau
kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lambang.
Teori
referensial atau teori korespondensi merujuk pada segitiga makna (symbol,
reference, dan referent) yang dikemukakan oleh OR. Makna adalah hubungan antara
reference dan referent yang dinyatakan lewat simbol bunyi bahasa baik berupa
kata ataupun prase atau kalimat. Simbol bahasa dan rujukan atau referent tidak
mempunyai hubungan langsung. Teori ini menekankan hubungan langsung antara
reference dengan referent yang ada di alam nyata.
Dalam
pendekatan referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam
kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label, makna itu hadir
karena adanya kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang
keseluruhannya berlangsung secara subjektif. Terdapatnya julukan simbolik dalam
kesadaran individual itu, lebih lanjut memungkinkan manusia untuk menyusun dan
mengembangkan skema konsep. Kata pohon, misalnya, berdasarkan kesadaran
pengamatan dan penarikan kesimpulan, bukan hanya menunjuk jenis
tumbuh-tumbuhan, melainkan memperoleh julukan sebagai “ciptaan”, “hidup”,
“fana”.
2.
Pendekatan Ideasional
Dalam
pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk
kebahasan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga
dapat saling mengerti.
Dalam
pendekatan ideasional, makna dianggap sebagai pemerkah ide yang memperoleh
bentuk lewat bahasa dan terwujud dalam kode. Dari adanya kegiatan “pembahasan
pean” dan “pengolahan ide”, maka dalam pendekatan ideasional, penguasaan aspek
kognitif dan rekognisi dari pemeran dalam kegiatan komunikasi, sangat penting.
Aspek kognisi dan rekognisi memiliki sasaran, baik pada aspek gramatik,
hubungan antara aspek gramatik dengan unsur semantis, maupun hubungan antara bahasa
dengan dunia luar.
Dari
uraian ini dapat diketahui bahwa bahasa memiliki kedudukan sentral. Dengan
demikian, kesalahan penggunaan bahasa dalam proses berpikira menyebabkan pesan
yang disampaikan tidak tepat. Sebaliknya, seandainya penggunaan bahasa dalam
proses berpikir sudah benar, tetapi kode yang diwujudkan mengandung kesalahan,
informasi yang diterima pun dapat menyipang. Pada sisi lain, meskipun
pembahasan pesan dan kode sudah benar, bila terjadi gangguan penerimaan, besar
kemungkinan informasi yang diterima tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan.
3.
Pendekatan Behavioral
Pendekatan
behavioral lebih menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam mengolah
pesan dan menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral terhadap
dua pendekatan sebelumnya, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah
mengabaikan konteks sosial dan situasional yang oleh kaum behavioral dianggap
berperan penting dalam menentukan makna.
C.
Tipe-tipe
makna menurut David Matsumoto
1.
Makna
Psikologis
Makna psikologis
dapat juga diartikan sebagai makna konotatif dimana makna masih dalam pikiran
ataupun masih bersifat abstrak.
2.
Makna
Referensial
Teori referensial merupakan salah satu jenis teori
makna yang mengenali atau menidentifikasi makna suatu ungkapan dengan apa yang
diacunya atau dengan hubungan acuan.
3.
Makna
Sosial
makna sosial merupakan makna yang berhubungan dengan
situasi terjadinya ucapan dan menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya.
D.
Tipe-tipe
makna menurut Chaer
1.
Makna
Leksikal
Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan
hasil observasi indra kita, makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus.
Maksud makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konret
2.
Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang terjadi
setelah proses gramatikal (Afikasi, Reduplikasi, Kalimatisasi). Perbedaan
dari makna leksikal dan gramatikal adalah Makna leksikal adalah makna
dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna gramatikal adalah makna baru
yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat. Contoh: kata
“mobil” bermakna leksikal nominal atau benda sedangkan makna gramatikalnya bisa
menjadi alat transportasi atau sejenis. Contoh, Saya berangkat pesta
mengendarai mobil.
3.
Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem
atau kata yang berada didalam suatu konteks.
4.
Makna Referensial
Makna referensial adalah sebuah kata yang
memiliki referensnya/acuannya. Sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna
referensial kalau ada referensinya atau acuannya.
5.
Makna Non-referensial
Makna non-referensial
adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata. Contohnya kalau,
karena, dan, atau. Kata-kata tersebut tidak mempunyai acuan dalam dunia nyata.
6.
Makna
Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna
asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Umpamanya, kata
“Kurus” (bermakna denotatif yang mana artinya keadaan tubuh
seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal). Kata “Bunga”( bermakna
denotatitif yaitu bunga yang seperti kita lihat di taman).
7.
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang lain yang
ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari
seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
8.
Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki
oleh sebuah leksem terlepas dari Konteks atau asosiasi apa pun. Kata “ikan”
memiliki makna konseptual “sejenis binatang yang hidup di air”.
9.
Makna Asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata yang
berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar
bahasa. Misalnya, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau
kesucian,
10.
Makna Kata
Makna kata adalah makna yang bersifat umum,
kasar dan tidak jelas. Kata “lembaran” dan “kertas” sebagai kata, maknanya
lazim dianggap sama
11. Makna
Istilah
Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas,
tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat dan perlu diingat bahwa makna
istilah hanya dipakai pada bidang keilmuan/kegiatan tertentu saja.
12. Makna
Idiom
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat
diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal.
Contoh, “Menjual gigi” bermakna “tertawa keras-keras”. Jadi makna tersebutlah
yang disebut makna idiomatik.
13.
Makna Peribahasa
Peribahasa memiliki makna yang masih dapat
ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya. Karena adanya asosiasi
antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya, peribahasa
“Seperti anjing dan kucing yang bermakna ihwal dua orang yang
tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi bahwa binatang yang
namanya anjing dan kucing jika bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah
damai.
Komentar
Setiap pendapat yang
mengkaji tentang makna di atas menjelaskan tahapan-tahapan dan proses
dimulainya sebuah tindak tutur oleh penutur dan bagaimana cara pendengar
ataupun lingkungan sekitar dapat menanggapi sebuah tuturan dengan maksud
menyampaikan pesan dan dapat dimengerti secara utuh. Adapun teori-teori tentang
makna yang telah disajikan sebelumnya oleh beberapa ahli membedakan dan mengklasifikasi
setiap makna dengan pengertian dan istilah yang berbeda pula. misalnya Cheir
membedakan kategori makna kedalam 13 jenis kategori, Leech membaginya ke dalam
7 kategori, begitupa David Matsumoto serta Harman membagi jenis makna ke
dalam 3 kategori.
David matsumoto menelaah
makna kedalam perspektif psikologis yang dijabarkan oleh Chaer dan Leech dengan
istilah makna konotatif namun Harman menafsirkan jenis makna tersebut dengan istilah
ideasional yang secara umum diartikan sebagai makna yang masih bersifat
abstrak.
Berikutnya jenis makna
referensial dalam pandangan Harman sejalan dengan pandangan David Matsumoto
namun Leech memberikan istilah yang berbeda yaitu makna konseptual dan Chaer
mendefinisikan jenis makna tersebut secara meluas dan memilahnya kedalam
perspektif makna referensial, makna denotatif, makna konseptual, makna
grammatikal, makna leksikal, dan makna kata. Setiap pembagian makna menurut Chaer
sebenarnya telah mencakup teori makna referensial ataupun makna konseptual yang
secara umum membahas tentang prinsip struktural yaitu kontrasitif dan
struktur konsitituen.
Makna behavioristik
menurut Harman diistilahkan oleh David Matsumoto dengan sebutan makna social
dan Leech mengklasifikasikan dengan istilah asosiatif yang mencakup makna stilistik,
afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik. Sedangkan makna konotatif dalam
pengelompokan makna asosiatif dijabarkan kedalam makna ideasional ataupun
psikologis. Adapun Cheir mengklasifikasikannya menjadi beberapa kategori yaitu
makna kontekstual, makna asosiatif, makna istilah, makna idiom, dan makna
peribahasa.
Akhirnya ditarik kesimpulan bahwa jenis makna
memang sangat beragam. Keberagaman makna tampak dari
masing-masing pendapat. Hal
ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan
manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep
tentang jenis-jenis makna yang mencakup makna, konotatif, stilistika, afektif,
refleksi, koloaktif, konseptual, tematik, leksikal, gramatikal, kontekstual,
referensial, non-referensial, denotatif, konotatif, asosiatif, makna kata,
makna istilah, idiom, dan peribahasa serta makna-makna lainnya yang memiliki
arti secara umum sama. Sumber : http://bibli-online.blogspot.com/2013_11_01_archive.html
0 Kommentare:
Kommentar veröffentlichen