A. Medan Makna
Kata-kata
yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu
medan makna atau satu medan leksikal, yang dimaksud dengan medan makna
(semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur
leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari
bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.
Misalnya, nama-nama warna. Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya nama-nama warna dan nama-nama perkerabatan.
Misalnya, nama-nama warna. Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya nama-nama warna dan nama-nama perkerabatan.
B. Komponen
Makna
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri
dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk
keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau
disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.
Komponen Makna
|
Sepeda motor
|
Mobil
|
Sepeda
|
Boot
|
1.
alat transportasi
2.
Bensin
3.
Roda
4.
Mesin
5.
Alat transportasi darat
|
+
+
+
+
+
|
+
+
+
+
+
|
+
-
+
-
+
|
+
+
-
+
-
|
Keterangan : Tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – tidak
mempunyai komponen makna tersebut.
Konsep
analisis dua-dua ini (lazim disebut anlisis biner) oleh para ahli kemudian
diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain. Denga juga
dapat analisis biner ini kita juga dapat menggolong-golongkan kata atau unsur
leksikal sesuai dengan medan makna.
Ada tiga hal yang perlu dikemukakan
sehubungan dengan analisis biner tersebut.
Pertama, ada
pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netral atau umum sedangkan
yang lain bersift khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa
lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”.
Sebaliknya kata siswi lebih bersift khusus karena hanya mengenai “wanita” saja.
Kedua, ada kata
atau unsur leksikal yang sukar dicari pasanganya karena memang
mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu.
Contoh yang sukar dicari pasanganya adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama
warna. Contoh kedua yaitu contoh yang pasanganya lebih dari satu, yaitu berdiri
misalnya. Kata berdiri bukan hanya bisa dipertentangkan dengan kata tidur,
tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok dan berbaring.
Ketiga, kita
sering kali sukar mengatur ciri-ciri semantic itu secara bertingkat, mana yang
lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus. Contohnya, ciri jantan
dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa
jantan, tetapi bisa juga dewasa sebab tidak ada alas an bagi kita untuk
menyebutkan cirri jantan lebih bersifat umum daripada dewasa, begitu juga
sebaliknya, karena ciri yang satu tidak menyiratkan makna yang lain.
Di samping
memiliki beberpa mamfaat, analisis komponen makna juga memiliki keterbatasan.
Analisis komponen makna tidak dapat diterapkan pada semua kata, karena komponen
makna kata berubah-ubah, bervariasi dan bertumpang tindih. Analisis komponen
makna lebih banyak dilaksanakan pada kelas kata nomina, belum banyak dilakukan
pada kelas kata verba, atau adjektiva, kata-kata dari kelas itu juga dapat
diberi ciri-ciri semantik.
Walaupun
analisis komponen makna ini dengan pembagian biner banyak kelemahanya tetapi
cara ini banyak manfaatnya untuk memahami makna kalimat. Para tata bahasawan
tranformasional juga telah menggunakan teknik ini sehingga minat terhadap
anlisis komponen makna ini menjadi meningkat. Analisis semantic kata yang
dibuat seperti diatas tentu banyak memberi manfaat dalam memahami makna-makna
kalimat, tetapi pembuatan daftar kosa kata dengan disertai ciri-ciri
semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan
pengetahuan budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar.
C.
Medan Makna Verba „Mengambil“ dalam bahasa Makassar
1. Leksem
Akrappung : memungut
Kegiatan
yang dilakukan untuk mengambil sesuatu benda yg ada di tanah, di lantai atau disebabkan
karena jatuh
2. Leksem
Akjakkala : menangkap
Kegiatan
yang dilakukan dalam memegang sesuatu yg bergerak cepat, lepas, dsb; memegang
(binatang, pencuri, penjahat, dsb) dng tangan atau alat. Kegiatan ini jga dapat
diartikan menadah benda yang dilemparkan.
3. Leksem
Akbesok : menarik
Memiliki makna mengambil sesuatu benda yang memiliki
massa yang berat lalu dibawa dan diseret. Sasarannya berupa benda padat seperti
kayu ataupun hewan dengan bobot berat yang besar. Selain itu memiliki makna ungkapan
terhadap rasa kagum kepada sesuatu hal.
4. Leksem
Aklukkak : mencuri
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dng tidak
sah, biasanya dng sembunyi-sembunyi. Sasarannya berupa benda yang bukan milik
pribadi dan ingin dimiliki tanpa izin.
5. Leksem
Angngangkak : mengangkat
Kegiatan
menjadikan atau mengakui sbg (anak, saudara, dsb). Sasarannya adalah seseorang
atau kelompok dalam sebuah lingkungan sosial masyarakat.
6. Leksem
Akkiok : menjemput
Memiliki makna
menyambut atau menyongsong. Dapat diartikan kegiatan dimana sesorang pergi
untuk mengambil suatu benda, seseorang atau kelompok yang akan dibawa;
mendatangi dan mengantarkan ke suatu tempat.
7. Leksem Akrakbuk
: merampas
mengambil dng paksa (dng kekerasan) dan secara
terang-terangan.
8. Leksem
Angngalle : mengambil
Memiliki makna diangkat, digunakan, disimpan,
memungut. Makna ini diartikan memegang sesuatu lalu dibawa
9. Leksem
Ammile : memilih
menentukan
(mengambil dsb) sesuatu yg dianggap sesuai dng kesukaan (selera dsb); mencari
atau memisah-misahkan mana yg baik (besar, kecil, dsb); menunjuk (orang, calon,
dsb) dng memberikan suaranya. Makna ini digunakan sesuai konteksnya. Dalam hal
politik memilih dapat diartikan menunjuk atau mengambil salah satu
perwakilan/calon.
10. Leksem
Ammolong : memotong
Memiliki
makna memutuskan dng barang tajam; mengerat; memenggal; mengiris (tt roti,
daging, dsb); memangkas (tt rambut); menggunting sesuai dng ukuran (tt bahan
pakaian dsb); mengurangi (tt upah, gaji, pendapatan, dsb); memintas (tt jalan,
perjalanan);
11. Leksem Annarima
: menerima
menyambut;
mengambil (mendapat, menampung, dsb) sesuatu yg diberikan, dikirimkan, mengesahkan;
membenarkan; menyetujui (usul, anjuran, dsb); meluluskan atau mengabulkan
(permintaan dsb): rapat pleno ~ baik laporan pengurus;
12. Leksem Akkattilik
: memetik
mengambil
dng mematahkan tangkainya (bunga, buah, dsb);
0 Kommentare:
Kommentar veröffentlichen